Rabu, 16 Januari 2013

Penyebab dan Gejala Kanker Serviks pada Wanita


Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai “The Silent Killer”.
Beberapa gejala bisa diamati meski tidak selalu menjadi petunjuk infeksi HPV. Keputihan atau mengeluarkan sedikit darah setelah melakukan hubungan intim adalah sedikit tanda gejala dari kanker ini. Selain itu, adanya cairan kekuningan yang berbau di area genital juga bisa menjadi petunjuk infeksi HPV. Virus ini dapat menular dari seorang penderita kepada orang lain dan menginfeksi orang tersebut. Penularannya dapat melalui kontak langsung dan karena hubungan seks.
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah ke closet. Bila Anda menggunakannya tanpa membersihkannya, bisa saja virus kemudian berpindah ke daerah genital Anda.
Buruknya gaya hidup seseorang dapat menjadi penunjang meningkatnya jumlah penderita kanker ini. Kebiasaan merokok, kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya. Jika mengkonsumsi makanan bergizi akan membuat daya tahan tubuh meningkat dan dapat mengusir virus HPV.
Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan. Faktor penyebab lainnya adalah menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Sering kali, pria yang tidak menunjukkan gejala terinfeksi HPV itulah yang menularkannya kepada pasangannya. Seorang pria yang melakukan hubungan seks dengan seorang wanita yang menderita kanker serviks, akan menjadi media pembawa virus ini. Selanjutnya, saat pria ini melakukan hubungan seks dengan istrinya, virus tadi dapat berpindah kepada istrinya dan menginfeksinya.

MENJAGA KESEHATAN ORGAN INTIM WANITA

Bagian tubuh wanita di sekitar organ intim, kerap disebut sebagai ‘area segitiga emas‘ Pasalnya, selain berperan penting dalam proses reproduksi, area ini juga rentan mengalami infeksi. Sayangnya, sampai saat ini masih banyak wanita yang tidak merawat area tersebut secara cermat.
Seharusnya organ intim mendapat perawatan khusus demi untuk menjaga kesehatan dan fungsinya. Selain itu organ intim yang sehat, percaya atau tidak, menambah rasa percaya diri di depan pasangan.
Tips menjaga kebersihan organ intim :
  1. Biasakan untuk membilas vagina setiap kali selesai buang urin atau air besar. Pastikan membilasnya hingga bersih. Caranya, basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang setiap kali usai buang air kecil atau buang air besar. Selama ini, banyak wanita yang cenderung membasuh organ intim dari anus ke arah vagina. Ini justru akan membuat bakteri yang bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina. Akibatnya, timbul rasa gatal di daerah vagina. Kemudian basuh dengan tissu sekali usap sebelum mengenakan celana dalam. Karena jika sekitar organ dibiarkan lembap, maka jamur akan tumbuh dengan mudah.
  2. Perhatikan jenis kertas tissu yang digunakan untuk membersihkan daerah vagina. Lendir dan air memang terserap dengan baik oleh tissu. Namun tissu yang digunakan bisa saja tercemar oleh kuman dan bakteri penyebab infeksi.
  3. Ganti celana dalam minimal dua kali sehari, apalagi saat udara panas.
  4. Kenakan celana dalam yang mudah menyerap keringat, misalnya katun. Hindari celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang terlalu ketat akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab.
  5. Hindari memakai celana jeans terlalu ketat di wilayah selangkangan, karena dapat memicu kelembapan dan memberi peluang jamur tumbuh subur pada area ini.
  6. Gunakan air yang berasal dari kran jika berada di toilet umum, hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.
  7. Hindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja, selalu mempersiapkan celana dalam lebih untuk ganti.
  8. Saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan yang lembut dan kering sehingga tidak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah pembalut sesering mungkin. Pada saat aliran darah banyak, minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.
  9. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin karena akan mengganggu keseimbangan flora dalam vagina. Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.
  10. Bagi wanita yang pernah melahirkan atau melakukan hubungan seks, lakukan pap smear setahun sekali.
  11. Hindari hubungan seks saat haid. Karena saat menstruasi dinding rahim cenderung lebih lunak sehingga dapat menyebabkan luka.
  12. Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan teratur berolahraga dan konsumsi makanan seimbang